Senin, 07 Maret 2011

RAHASIA SURAT AL-WAQI'AH


Ubay bin Ka’b berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Wâqi’ah, ia akan dicatat tidak tergolong pada orang-orang yang lalai.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 5/203).

Abdullah bin Mas’ud berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Waqi’ah, ia tidak akan tertimpa oleh kefakiran selamanya.” .” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 5/203).
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Waqi’ah pada malam Jum’at, ia akan dicintai oleh Allah, dicintai oleh manusia, tidak melihat kesengsaraan, kefakiran, kebutuhan, dan penyakit dunia; surat ini adalah bagian dari sahabat Amirul Mukimin (sa) yang bagi beliau memiliki keistimewaan yang tidak tertandingi oleh yang lain.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 5/203).
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa yang merindukan surga dan sifatnya, maka bacalah surat Al-Waqi’ah; dan barangsiapa yang ingin melihat sifat neraka, maka bacalah surat As-Sajadah.” (Tsawabul A’mal, hlm 117).
Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Waqi’ah sebelum tidur, ia akan berjumpa dengan Allah dalam keadaan wajahnya seperti bulan purnama.” (Tsawabul A’mal, halaman 117).
Surat Al-Waqi’ah adalah salah satu yang dikenal sebagai surat penuh berkah. Keberkahannya mampu melenyapkan kemiskinan dan mendatangkan rejeki bagi siapa saja yang membacanya dengan rutin.
Dalam beberapa riwayat, diungkapkan bahwa Rosulullah bersabda:
  1. Barangsiapa membaca surat Al-Waqi’ah setiap malam, maka kemiskinan tidak akan menimpa dirinya untuk selamanya
  2. Surat Al-Waqi’ah adalah surat kekayaan, maka bacalah surat itu dan ajarkan kepada anak-anak kalian
  3. Ajarkanlah istri kalian surat Al-Waqi’ah, karena sesungguhnya surat itu adalah surat kekayaan.
di bulan ramadhan ini, itu sedikit ilmu yang bisa saya bagikan kepada saudra seagama,marilah kita perdalam agama dan sampaikan walau satu ayat. semoga allah memberikan kita ampunan,rahmat dan hidayahNya. marilah kita tingkatkan mutu iman dan taqwa pada allah.

Ayat yang mungkin km tanya, dari 11-20
أُوْلَئِكَ الْمُقَرَّبُونَ
11. Mereka itulah orang-orang yang didekatkan (kepada Allah).
"Dan orang-orang yang paling dahulu beriman." Kata sabaqa berarti mendahului. Dalam kehidupan ini, setiap orang itu bisa dipimpin atau memimpin. Di sini, Allah menyebut-nyebut keadaan keberhasilan puncak, yakni keberhasilan seseorang yang telah berpindah ke zone di luar waktu, alam berikutnya. Menurut beberapa hadis, kata sâbiqun berarti orang-orang yang beriman terlebih dahulu. Para Imam mengidentifikasi sebagian orang mukmin awal yang masuk surga adalah anak Adam yang dibunuh, orang pertama yang masuk Islam dari kalangan kaum Fir'aun, Habib an-Najar yang mengikuti 'Isa a.s., dan Ali bin Abi Thalib a.s.
Kata as-sâbiqun secara umum merujuk pada orang-orang yang akan masuk surga tanpa dihisab, karena sudah berada dalam keadaan demikian dalam kehidupan dunia ini.
فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ
12. Berada dalam surga-surga kenikmatan.
ثُلَّةٌ مِّنَ الْأَوَّلِينَ
13. Segolongan besar dari orang-orang terdahulu.
وَقَلِيلٌ مِّنَ الْآخِرِينَ
14. Dan segolongan kecil dari orang-orang terkemudian.
Mereka berada dalam "surga-surga kenikmatan." Kata na'îm berasal dari kata na'ama, yang berarti hidup tenang dan nyaman. Kata ni'mah adalah berkah dan kenikmatan, segala sesuatu yang ingin lebih banyak lagi dimiliki oleh seseorang. "Boleh jadi engkau membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu" (QS 2:216). Seringkali seseorang tidak dapat mengambil hikmah dari berbagai peristiwa yang dialaminya. Jika manusia mampu apa yang menimpa dirinya sebagai terjadi atas nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang (bismillâhirrahmânirrahîm), maka ia akan mampu melihat rahmat Allah di balik setiap peristiwa dan situasi. Bila tidak, ia hanya akan menilai berdasarkan pandangan pribadinya. Orang mukmin hanya melihat kebaikan, tanpa mempedulikan apa kata orang lain. Jika ia betul-betul beriman, jika ia meyakini bahwa pengendali makhluk ini adalah Tuhan Yang Maha Pengasih, maka ia akan berusaha melihat rahmat Allah di balik setiap peristiwa. Karena alasan itu, hati seorang mukrnin tidak pernah terguncang atau merasa gelisah. Seorang mukmin bertindak sebaik mungkin menurut kemampuannya, karena ia adalah aktor dan sekaligus objek tindakan. Secara lahiriah, ia akan menanggapi suatu keadaan darurat. Sementara itu, secara batiniah, ia akan merasa tenang, karena mengetahui bahwa hal itu berasal dari Tuhan Yang Mahabenar. Jika ia tidak menyukai apa yang menimpa dirinya, yang demikian itu karena ia menilainya secara salah dan serampangan.
Penilaian didasarkan pada tingkat kejahilan dan pengetahuan. "Boleh jadi engkau menyukai sesuatu padahal ia itu bumk bagimu" (QS 2:216). Seorang anak sangat suka bila ada banyak coklat di sekelilingnya, sementara seorang dewasa yang berilmu bisa mengetahui bahaya coklat itu bagi kesehatan. Seorang anak muda yang bertanggung jawab baru mengerti dan memahami arti jerih payah dan tanggung jawab dalam hubungannya dengan harta kekayaan setelah ia memperolehnya dengan keringatnya sendiri. Hanya dengan cara seperti ini sajalah ia akan mengetahui kesulitan dalam memperoleh, menjaga, dan membelanjakannya dengan baik. Akan tetapi, seorang yang tidak bertanggungjawab biasanya memiliki hasrat atau keinginan romantis pada segala sesuatu tanpa mengetahui bahaya yang terkandung di dalamnya.
Sekelompok orang yang sudah lebih dahulu memiliki pengetahuan tentang Tuhan Yang Mahabenar juga lebih dahulu memasuki surga keimanan. Mereka dikatakan terdahulu dalam pengertian bahwa mereka sudah masuk ke surga sebelum kematian karena telah meraih kebahagiaan dan ketenangan dalam kehidupan ini. Mereka sudah mengetahui makna kenikmatan dan memiliki pengetahuan langsung tentang tauhid di dunia ini. Orang-orang yang belum meraih pengetahuan langsung hanya bisa membenahi dan memperbaiki salat dan doa mereka dengan harapan bahwa mereka bisa memperolehnya sewaktu nyawa dan dunia pun direnggut oleh kematian. Tidak peduli sudah sejauh mana tauhid dan keimanan seseorang, tetap saja masih ada tarikan tubuh. Tubuh adalah salah satu instrumen yang digunakan Allah dalam memberikan peringatan bahwa seseorang masih dikuasai oleh belenggu alam kehidupan dunia ini. Tidak peduli sejauh mana seseorang berada dalam kepasrahan, tetap saja masih diketahui ada dualitas dan kerugian.
Ketidakadilan manusia ada karena tidak ada ketinggian puncak dalam evolusi spiritual, yakni peristiwa historis atau duniawi berupa munculnya Imam Mahdi (secara harfiah bermakna orang yang terbimbing lurus; beliau adalah Imam kedua belas yang sedang gaib). Pada waktu itu, bumi akan diwarisi oleh orang-orang rendah hati yang bertindak benar. Keadilan Allah pun akan terwujud penuh dalam kehidupan ini.
Jika seseorang peduli pada waktu, maka ia juga harus peduli pada kronologi peristiwa. Jika cahaya intelek memungkinkan seseorang untuk pergi menembus waktu untuk sesaat, maka kata "terdahulu" mengimplikasikan orang-orang yang memperoleh risalah, tak peduli kapan waktunya. Orang-orang yang kepedulian utamanya adalah menjalani kehidupan tauhid cenderung kurang mementingkan waktu. Manusia yang mencari tauhid akan berusaha memperoleh pengetahuan Ibrahim a.s. la bersahabat dengan Nabi Muhammad saw., dan menginginkan bimbingan, nasihat, dan persahabatan dengan para Imam dan sahabat-sahabat terpilih. Ia ingin mendekati keadaan mereka. Sia-sia dan percuma saja menginginkan kedekatan dengan mereka secara fisik, tanpa ingin mengambil teladan mereka. Dan jika seseorang ingin mendekati keadaan mereka, maka yang demikian itu dapat terjadi kapan saja. Sebab, keadaan mereka dipaparkan kepada manusia melalui Al-quran, Sunah Nabi, dan hadis. Seseorang bisa dikatakan telah hadir bersama mereka bila ia sudah mampu mencapai derajat yang sama dengan mereka.
عَلَى سُرُرٍ مَّوْضُونَةٍ
15. Mereka berada di atas dipan bertahtakan emas dan permata.
مُتَّكِئِينَ عَلَيْهَا مُتَقَابِلِينَ
16. Seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan.
Akar kata surur (tahta) adalah dari sarra, yang berarti membuat bahagia, mempercayakan rahasia, menyembunyikan sesuatu. Darinya muncul banyak kata yang membentuk pola makna menarik. Kata surur bermakna kebahagiaan, yang menyiratkan bahwa sumber kebahagiaan adalah suatu rahasia yang hanya bisa dibisikkan kepada diri sendiri. Itulah rahasia dari segala rahasia yang tidak bisa diungkapkan. Jika seseorang bahagia, maka kebahagiaan itu sendiri adalah penjelasan tentang keadaan tersebut. Akan tetapi, orang tidak bisa memberikan sumber itu kepada orang lain. Ini berkaitan dengan tingkat kesadaran lainnya.
Kesenangan adalah sesuatu yang dapat dibagi dan dibeli. Kesenangan berkaitan dengan berbagai keterikatan dan juga merupakan sesuatu yang bersifat duniawi, sementara surur, kebahagiaan, hanyalah demi kepentingannya sendiri. Burung bernyanyi, karena sifat alamiahnya memang bemyanyi, tak peduli apakah ada pemburu yang sedang mengintainya atau apakah tetangganya memberinya makanan tambahan. Kesenangan adalah hasil dari sesuatu yang telah terjadi. Ada seseorang kesepian dan kemudian ia menemukan seorang sahabat yang bersedia mendengar dan menanggapi apa yang diyakininya—inilah kesenangan. Ada seseorang lapar; perutnya kosong, dan kemudian ada makanan—itulah kesenangan. Kesenangan bagaikan netralisasi: kutub positif dan negatif bertemu sehingga dan kemudian dinetralisasi.
Kegembiraan adalah sesuatu yang lain lagi; ia adalah penangkal dari kutub negatif. Kegembiraan terjadi ketika apa yang dianggap menyenangkan sudah diketahui sebagai ilusi (wahm). Penangkal kutub negatif adalah kutub positif, dan inilah keadaan normal manusia. Karena alasan inilah manusia secara inheren mencari kebahagiaan. Ia mengetahui kesenangan; ia tahu bahwa kebahagiaan dapat dibeli, tetapi ia tidak mengetahui cara menuju kebahagiaan itu. Manusia mencari kebahagiaan karena memang itulah sifat alamiahnya. la tidak bahagia karena ia berkali-kali mengatakan kepada dirinya sendiri bahwa ia memerlukan sesuatu agar bisa bahagia. Ia selalu memburunya. Akan tetapi, begitu ia sudah memperolehnya, ia pun menginginkan sesuatu yang lain.
Pintu menuju rumah kebahagiaan adalah pengetahuan tentang bagaimana menguraikan ikatan yang telah dibuat seseorang. Itulah sebabnya dikatakan bahwa sumber kebahagiaan itu adalah rahasia dari segala rahasia. Sesuatu yang diinginkan dengan sendirinya adalah sebuah wahm. Pengetahuan tentang wahm menjadi penangkal baginya. Dan jika penangkalnya itu memang murni, maka akar kebahagiaan itu dipupuk dari dalam. Itulah tanah subur tempat pohon kepuasan akan tumbuh. Kepuasan adalah sebuah pohon yang tidak bisa ditanamkan pada orang lain. Seseorang harus memupuk dan menumbuhkannya dengan segenap usaha dan jerih payahnya sendiri.
Sebenarnya sudah ada kepuasan yang inheren dalam dalam diri makhluk seperti burung. Akan tetapi, manusia memiliki kesadaran tentang kepuasan itu. Selanjutnya, manusia memiliki cahaya kesadaran dari kesadaran. Ini mengukuhkan manusia sebagai makhluk paling luhur dan termulia. Manusia sadar akan kesadaran tentang kebahagian. Manusia juga sadar akan kesadaran tentang ketidakbahagiannya.
Surur tidak bisa diwariskan, tetapi harus diperoleh dengan usaha dan jerih payah. Jika seseorang telah mengetahui cara untuk mendapatkannya, maka ia akan terus mencarinya sepanjang hayat masih dikandung badan. Ini sama sekali tidak berkaitan dengan waktu atau tempat. Sering kali seseorang yang bodoh kembali ke danau atau puncak gunung tempat ia berlibur atau mengalami masa indah, seraya berpikir bahwa ia akan mampu menghadirkan kembali perasaan bahagia dalam hatinya. Ia merindukan kebahagiaan. Pencarian menyimpang ini dijumpai dalam jiwa orang-orang seperti artis atau komponis. Dalam riwayat hidup orang-orang gila ini, seseorang akan menemukan bahwa mereka sering kali kembali ke gunung yang sama dengan maksud untuk menjalani sisa hidup mereka dalam suatu ilusi romantis agar mereka bisa menghadirkan kembali momen-momen kreatif mereka. Akan tetapi, momen-momen kreatif adalah momen-momen keterputusan dari dunia ini. Ini terjadi begitu saja bahwa ia berada di puncak gunung itu. la merindukan momen kebahagiaan yang telah dialaminya tetapi tak bisa dihadirkan kembali. la mengira bahwa kebahagiaan itu bisa digambarkan, padahal tidaklah demikian halnya. "Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai, dan bukan jalan orang-orang yang sesat" (QS 1:7). Perhatikan apa saja yang menyusahkan Anda dan menjauhkan Anda dari kebahagiaan: keterikatan, harapan, nafsu, dan rasa takut—waspadalah terhadap semuanya ini dan Anda akan berada dalam surga.
Akar kata surur juga berkaitan dengan kata yang bermakna pemotongan ari-ari bayi yang baru lahir. Hal ini menjadi kebahagiaan, karena sang anak sudah tidak bergantung lagi pada "rahim." Pemotongan ari-ari itu mengawali kemandirian lahiriahnya dan mengantarkannya menuju kemungkinan untuk memahami bahwa ia bergantung hanya kepada Allah. Inilah awal dari sebuah perjalanan kebahagiaan yang di dalamnya sang anak mulai mengetahui bahwa ia adalah "anak" dari Zat Yang Mahabenar dan Yang Mahahakiki dan bahwa ia lahir karena rahmat Allah, sementara sang ibu hanyalah alat tempat ia dititipkan sebelum lahir. Potensialitas kehidupannya sebelum pembuahan ada dalam pengetahuan Allah dan menjadi suatu ekspresi, suatu manifestasi.
Sarîr (tahta, ranjang, bentuk tunggal dari surur) adalah simbol kelegaan atau keterlepasan dari segala gangguan luar dan juga sarana menuju kebahagiaan. Ini memungkinkan seseorang untuk bersantai dan merasakan kebahagiaan, suatu keadaan yang tenang. "Seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan." Sambil bersandar di tempat duduk itu, orang-orang yang didekatkan (kepada Allah) itu tidak merasa gelisah. Mereka merasa rileks atau santai. Kata mutaqâbilîn (berhadap-hadapan) berasal dari kata taqâbala yang bermakna bertemu, saling berhadapan. Mereka pun saling melihat bayangan mereka satu sama lain. Mereka melihat orang lain yang juga seperti diri mereka sendiri. Mereka melihat penampilan yang berulang-ulang, yakni hologram. Akar katanya adalah qabala, yang berarti menerima; kata qiblah, yang berasal dari akar kata yang sama, berarti arah yang dituju seseorang; qâbilah adalah seorang ibu rumah tangga, orang yang menghadapi dan merawat sang bayi.
يَطُوفُ عَلَيْهِمْ وِلْدَانٌ مُّخَلَّدُونَ
17. Mereka dikelilingi oleh pelayan-pelayan yang tetap muda.
بِأَكْوَابٍ وَأَبَارِيقَ وَكَأْسٍ مِّن مَّعِينٍ
18. Dengan membawa gelas (piala), cerek, dan minuman yang diambil dari air mengalir.
لَا يُصَدَّعُونَ عَنْهَا وَلَا يُنزِفُونَ
19. Mereka tidak merasa pening karenanya dan tidak pula mabuk.
وَفَاكِهَةٍ مِّمَّا يَتَخَيَّرُونَ
20. Dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih.